Jendela Berita Online - Mantan Ketua DPR, Setya Novanto, melalui perjalanan panjang di tahun 2017 hingga akhirnya disidang sebagai terdakwa kasus terduga korupsi proyek e-KTP. Nama Novanto semakin kuat dikaitkan dalam kasus e-KTP setelah muncul di sidang perdana kasus itu.
Kala itu, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Sugiharto, dan mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Irman menjadi tersangka.
Dalam dakwaan yang diungkapkan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor, Kamis (9/3/2017), Novanto disebut mempunyai peran dalam mengatur besaran anggaran e-KTP yang mencapai Rp 5,9 triliun. Akhirnya, Novanto menjalani sidang perdananya menjadi terdakwa dalam kasus korupsi e-KTP pada 13 Desember 2017.
Pengadilan Tipikor membacakan dakwaan Irman dengan Sugiharto yang menyebutkan keterlibatan Novanto dalam kasus korupsi e KTP. Awalnya, Novanto ditemui sejumlah pejabat Kemendagri untuk meminta dukungan berhubungan dengan proyek e-KTP pada Februari 2010 di Hotel Gran Melia, Jakarta.
Saat itu, yang menemui Novanto adalah 2 terdakwa yang juga pejabat Kemendagri, Irman bersama Sugiharto, Sekjen Kemendagri Diah Anggraini, dan pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong. Novanto menyatakan dukungan.
Pertemuan selanjutnya di ruang kerja Novanto di tingkat 12 Gedung DPR RI. Saat ditanyain bentuk dukungan, Novanto menjawab akan mengoordinasikan dengan pimpinan fraksi yang lain. Kemudian, sekitar Juli-Agustus 2010, proyek e-KTP dibahas dalam pembahasan Rancangan APBN tahun anggaran 2011.
Hingga kemudian, Novanto bersama Andi, Anas, dan Nazaruddin, disebut menyetujui anggaran proyek e-KTP sesuai grand design 2010, yakni Rp 5,9 triliun. (Jendela Berita Online)
